Langsung ke konten utama

CHAPTER 1 Terlahir kembali

 BEING THE MOM OF ANTAGONIST LADY

CHAPTER 1 Terlahir kembali

 BEING THE MOM OF ANTAGONIST LADY



Terlahir Kembali

(Khusus Dewasa 18+)


Author : Qazephira

Tes ...

Tes ...

Darah bercampur air hujan menggenang di dekat area taman bunga lavender di sebuah kastil. Kilatan petir dan guntur menyambar bersahutan. Angin musim dingin pun tak ingin kalah untuk semakin memperburuk cuaca pagi.

Aroma anyir, pekikan wanita, tatapan kosong seorang pria, dan senyuman seorang wanita yang menatap pria yang tengah ketakutan itu menjadi pemandangan pertama dua remaja kembar berbeda gender yang masih terengah-engah setelah berlari.

"A-apa-apaan ini!" pekik remaja laki-laki yang tak menyangka kejadian berdarah itu akan terjadi di tempat ini.

Perlahan, kesadaran wanita bergaun putih semakin mengabur. Di dalam dekapan seorang kesatria, air matanya ia biarkan jatuh dan mengalir membasahi pipinya. "Jangan takut, kau tidak salah. Ini jauh lebih baik dari pada rasa sakit di kepalaku."

"Padahal aku ingin hidup lebih lama lagi."

"A-apa yang anda katakan, Nyonya Muda?" Kesatria itu merengek ketakutan. Bibir bawahnya bergetar hebat melihat darah mengalir keluar dari perut wanita itu.

Wanita yang terluka itu melirik dua remaja kembar yang berdiri tak jauh darinya. Ia tersenyum melihat keduanya menatap tak percaya. Sebelum benar-benar menutup mata, ia menyempatkan diri untuk berdo'a untuk yang terakhir kalinya.

'Wahai Dewa, apa sebegitu tidak berharganya nyawaku ini. Sebenarnya, apa mau mu ... ini sangat tidak adil, tahu. Egh!'

'Tolong ... aku ingin hidup, sungguh~ jadi apa saja asalkan aku hidup. Aku mohon, hidupkan aku. Hidupkan aku.'

[| Being The Mom of Antagonist Lady |]

[GRACIE POV]

Pukul empat pagi waktu setempat. Aku terbangun dari tidur yang cukup lama. Mataku terbuka lebar mengamati benda-benda di sekitarku. Setelah puas mengamati, aku kembali menutup kepala dengan bantal kuat-kuat.

"SIALAAANNN!!!" pekikku tertahan. "Lagi-lagi mimpi seram itu lagi!"

Ini adalah hari ketiga ku berada di tempat ini. Ranjang besar dengan sprei berwarna ungu muda, desain interior yang mewah khas istana kerajaan, dan semerbak aroma bunga violet yang terkumpul di kamar ini.

Padahal kukira aku sedang bermimpi. Namun, sepertinya aku memang benar-benar sudah berpisah dengan duniaku dan terlempar ke sini.

Benar.

Ini sudah tiga hari aku hanya berdiam diri di kamar dan hanya tidur-tiduran saja. Aku menolak siapapun yang masuk ke dalam kamar ini. Tapi, ini sudah hari ke tiga. Aku tidak tahu lagi apa yang harus kukatakan pada orang-orang yang sejak kemarin selalu memanggilku dan memintaku berpisah dengan ranjang.

"Apa aku tidur lagi, ya. Mungkin saja besok aku bisa kembali ke duniaku."

Tidak.

Percobaan ke-tiga sudah gagal. Aku harus memakai cara lain untuk kembali ke duniaku bagaimana pun caranya. Tidak lucu kalau benar aku harus hidup di sini. Jelas tidak ada lucu-lucunya.

INI ADALAH DUNIA YANG KUBUAT SENDIRI.

Namaku Gracie Marley, aku adalah seorang penulis novel dan ilustrator komik. Aku adalah orang Inggris yang tinggal di Indonesia dan tentunya tinggal sendiri. Awalnya aku hanya kuliah, tapi lama-kelamaan aku betah dan akhirnya tinggal di sana.

Aku hanya mahasiswi biasa, mengambil jurusan Sastra Indonesia di kampus terkenal dan lulus dengan nilai memuaskan. Hidupku stabil dan keuanganku juga tidak terlalu buruk. Saat ini, aku berumur 35 tahun.

Jangan tanya sudah menikah atau belum karena aku tidak berniat untuk menikah selamanya.

Aku banyak menulis novel berbahasa Indonesia dan juga Inggris. Syukurlah itu adalah ladang uang yang sangat lumayan di negeri beriklim tropis ini.

Karirku sebagai novelis dan ilustrator cukup bermasalah akhir-akhir ini. Rekan kerja yang suka cari masalah denganku tiba-tiba menjadi baik. Benar saja, aku diracuni olehnya dan akhirnya meninggal saat dilarikan ke rumah sakit.

Kukira sudah selesai, tetapi ternyata salah.

Entah bagaimana jiwaku bisa berpindah ke dunia ini dan sialnya kenapa harus ke tubuh ini. Tubuh yang kurasuki ini adalah tubuh milik Griselda Ilythia Mahran.

Yang artinya, aku masuk ke dalam tubuh seorang figuran. Masalahnya, tokoh ini bukanlah figuran biasa. Dia adalah tokoh penting berdarah penyihir yang menjadi penguat cerita. Meski begitu, dia sangat bodoh dan mudah dimanfaatkan.

Ya, seperti sekarang.

Sekarang adalah tahun ke empat Griselda menjadi istri seorang Grand Duke di keluarga Derrien— Zarmen Zedd von Derrien. Sangat lucu bukan.

Menikah di atas kontrak yang akan berakhir satu tahun lagi. Itu berarti nyawa tokoh ini juga tinggal setahun lagi dan dia malah mati setelah meracuni diri sendiri.

Ha~ padahal aku yang membuat tokoh figuran ini berakhir mengenaskan, tapi kenapa aku kesal sekali. Ya tentu saja karena aku masuk ke dalam tubuh berkarakter bodoh yang harusnya sudah mati.

TAPI KENAPA HARUS MASUK KE DALAM NOVEL RUSAK INI???

Aku tidak salah bicara, ini memang kenyataan. Novel yang tidak pernah ku unggah di platform mana pun dan hanya kubiarkan saja di dalam draft. Tak kusangka akan membuat masalah begini.

Tidak apa-apa kan memaki-maki novel sendiri?

Yah, karena sudah terlanjur begini aku harus segera mencari tahu bagaimana cara agar aku bisa keluar dari dunia ini. Mungkin, mungkin saja kalau aku bisa menyelesaikan novel ini sampai 'akhirnya tokoh utama pria dan wanita bahagia selamanya'.

Tapi, itu tidak mungkin.

Novel ini rusak, alurnya tidak jelas, jalan ceritanya terlalu cepat, dan mandek di tengah jalan pula.

Tapi, mungkin saja akan ada jawabannya kalau aku bisa hidup sudah sampai alur yang terputus itu.

Benar.

Akhirnya sekarang aku punya tujuan. Aku akan berusaha memperbaiki alur cerita dan tentu saja aku juga harus bertahan hidup dari kekejaman keluarga Derrien karena aku adalah Griselda. Ah tidak, aku adalah Cynthia Orfias.

Seingatku, nama tokoh ini disamarkan karena dia adalah penyihir terakhir di keluarga Mahran yang terus menyembunyikan identitasnya demi bertahan hidup.

Hal pertama yang bisa kulakukan mumpung masih sepagi ini adalah mencari kertas dan buku khusus untuk membuat rencana bertahan hidup. Sebagai Grand Duchess yang tidak pernah diakui karena karakternya yang dingin dan bodoh sudah seharusnya menjadi alasan mengapa tokoh Griselda tidak bahagia berada di kediaman ini.

Kesialan lain yang tak kalah menyebalkannya, tokoh ini adalah ibu tiri seorang anak yang merupakan tokoh antagonis dalam novel ini. Bisa dibayangkan, bukan. Betapa menderitanya Griselda tinggal di sini.

Ya sudahlah.

Karena sudah begini, karena ini adalah takdirku, dan karena Griselda asli sudah mati, aku yang masih hidup ini akan berusaha keras demi kelangsungan hidupku.

***

ISTANA LAVENDER - 7.00 a.m.

Istana Lavender. Istana tempat tinggal mantan Grand Duchess terdahulu— Rianna Resveratrol, mantan istri Zarmen. Istana yang cukup jauh dari istana utama dan paling sering terjadi masalah karena Putri Pertama keluarga Derrien yang sering menyiksa dan menganiaya Griselda.

Namun, kali ini terjadi keributan yang tidak biasa. Dayang pertama yang datang ke kamar Sang Grand Duchess menyebarkan berita menggemparkan mengenai ucapan pertama Grand Duchess.

"'Aku gila, pasti aku sudah jadi gila. Kenapa tidak ada satu pun yang kuingat?'. Begitulah yang beliau katakan, Yang Mulia Grand Duke!" Wajah membeku dengan kedua tangan yang tak berhenti bergetar dan mata yang terus bergerak agresif melihat ke kanan dan kiri. Dayang Flora melaporkan semua yang terjadi mengenai Cynthia Orfias pada majikannya.

Seorang pria yang duduk dengan tatapan tegang dan menusuk terlihat seperti ingin membunuh orang saat ini juga. Jakun yang naik turun seirama dengan nafas yang tertarik dengan paksaan. "Kembalilah!"

"B-baik, Yang Mulia!" cicit Flora. Kakinya yang tegang terasa berat untuk berjalan. Namun, dia tetap memaksa agar segera keluar dari ruangan menakutkan itu. Dia tidak mau jadi samsak pelampiasan.

Berdiri mematung dengan rasa ragu yang terus menghantui pikiran setelah pertemuan dengan Grand Duke, mulut kecil Flora tak bisa berhenti bergetar padahal dirinya harus cepat mendatangi Grand Duchess dan melayaninya.

"A-aku pasti bisa!" ujarnya menyemangati diri sendiri. Dia mengepalkan tangan kuat-kuat untuk membunuh kegugupannya.

Namun, begitu pintu terbuka memperlihatkan seorang wanita muda bergaun putih yang duduk dengan tenang di kursi kerja, hati Flora kembali menciut. "S-saya menghadap, Yang Mulia Grand Duchess!"

[Griselda POV]

Akhirnya, dayang yang sejak tadi kutunggu datang juga. "Panggil saja Nyonya Muda seperti biasanya!" ujarku merasa kasihan sekaligus puas setelah mengatakan kegilaan padanya tiga puluh menit yang lalu.

Aku memang sengaja mengatakan itu untuk memancing kemarahan Zarmen. Hanya itu satu-satunya cara agar kita bisa bertemu dan bicara. Karena selama ini, Griselda selalu diabaikan dan dianggap tidak lebih dari sekedar barang.

"Maafkan saya, Nyonya Muda. Saya merasa bersalah dan pantas untuk mati!" tunduk dayang Flora dengan buliran air mata yang terpupuk di sudut mata hijaunya. Ah~ cantik sekali.

Aku tertawa lemah dengan ujung jari telunjuk kanan berada di depan bibir mengisyaratkannya agar tidak melanjutkan lagi ucapannya. "Jangan menangis begitu. Padahal kau sudah menjalankan tugasmu dengan baik, 'kan?"

"Maaf?" Wajahnya seperti tak percaya saat aku bisa menebak isi hatinya.

"Selama empat tahun terakhir, aku sudah tahu bahwa kau adalah mata-mata yang ditugaskan untuk mengawasi pergerakanku." Aku berdiri dan melangkahkan kaki mendekat tepat di depan Flora yang sedang berlutut.

"S-sejak kapan, anda?"

"Apa aku terlihat begitu polos di matamu?"

Kakiku maju satu langkah tepat di hadapannya, lalu membungkuk hingga 90° dan menatap wajahnya. Tanganku sengaja menyentuh ujung rambut Flora dan memainkannya.

"S-saya tidak pernah berpikir seperti itu!" Dia memekik tertahan.

Sepertinya aku terlalu membuatnya ketakutan. Ah~ padahal aku tidak bermaksud begitu. "Kenapa kau sepertinya takut sekali padaku?" Aku ingin memancing responnya. Apakah dia benar-benar takut atau hanya akting saja.

"S-saya sangat menghormati anda, Nyonya Muda. S-saya hanya takjub saat anda bilang bahwa anda menyadari identitas saya."

Sebentar, dia menatapku dan terlihat lega. Apa aku salah lihat. "Huh?"

"Saya sangat senang, anda tahu siapa saya."

Aku terdiam sesaat, butuh waktu selama beberapa detik mengurai ucapan yang keluar dari mulutnya. "Kenapa?"

"Selama ini, saya kira anda tidak pernah peduli pada saya. Padahal saya sudah berusaha menunjukkannya dengan jelas agar anda tahu."

"Apa kau sedang berpikir bahwa 'untungnya Grand Duchess tidak sebodoh itu'?"

"Ah~ maafkan saya maafkan saya!"

Ya, tidak heran kalau dia berpikir seperti itu. Bagaimana pun juga, memang kenyataannya Cynthia Orfias hanya hidup sebagai patung di kediaman ini. Dia tidak punya keinginan atau ambisi dan juga tidak melawan saat di serang. Dengan kata lain, dia hanya hidup untuk memenuhi keinginan Zarmen.

Sudah kubilang bukan, novel ini rusaknya bukan main. Sejak awal, Cynthia yang dimanfaatkan pria tua bangka itu saja sudah membuatku malas untuk melanjutkan cerita. Ah~ inilah akibat kalau anak 10 tahun sok membuat cerita berat.

***

Seorang anak perempuan berumur sepuluh tahun tengah sibuk mengetik di depan komputer. Langit cerah yang telah menguning menunjukkan bahwa hari sudah mulai malam.

Namun, anak perempuan itu tetap tak bergeming sampai terdengar suara teriakan menggema di telinganya, ia langsung menghentikan aktivitasnya. "Mereka bertengkar lagi, hah~ membosankan!"

Dia menghela nafas sambil menatap hasil karyanya. "Aarggh sudahlah~ cerita ini sudah rusak. Aku tidak tahu lagi harus diapakan naskah ini!" Kesal, dia menutup lembar kerja word office-nya. Lalu melemparkan dirinya ke atas ranjang.

"Di bawah berisik sekali, sih ... kapan sih mereka berpisah?" gumamnya sambil menutup mata. "Naskah cerita ini tidak selesai-selesai gara-gara mereka selalu berisik. Ah~ kenapa aku lahir di lingkungan keluarga yang bakatnya hanya bisa bertengkar, sih?"

Pada akhirnya, anak perempuan itu tidak pernah melanjutkan ceritanya. Barulah, saat dirinya sudah dewasa, ia tak sengaja menemukan folder lama di komputer itu saat ingin mengecek ulang file-file yang masih bisa menjadi referensi ceritanya.

Gadis yang sekarang sudah berumur 18 tahun itu menemukan sebuah folder bertuliskan DARK STORY. Penasaran, dia pun membuka dan membacanya.

Ada sekitar 150 episode di sana dan ia merasa tertarik membacanya. Setelah membaca seluruh isinya, gadis itu tertawa kecil sambil memegang kepala, tak percaya bahwa ia pernah menulis naskah seperti itu.

Saat itu juga, dia pun tertarik dengan naskah buatannya sendiri dan ingin membawa folder itu serta merevisi semua isi ceritanya tanpa menghapus versi aslinya.

Dari 150 episode berubah menjadi 600 episode dan terbagi menjadi empat season. Di umur yang ke 19 tahun, gadis itu memberanikan diri untuk meng-upload ceritanya ke sebuah platform menulis dengan inisial Winter dan tak disangka, cerita itu pun booming.

Nama itu terpikirkan secara acak di dalam otaknya. Karena saat itu sedang musim dingin di bulan desember, ia pun mengambil musim itu sebagai nama penanya.

Semua orang penasaran dengan cerita fantasi-romantis itu sampai gadis itu menunjukkan pada dunia siapa dia sebenarnya. Akhirnya, nama Winter pun terkenal sebagai penulis berbakat di negara itu.

***

"Baiklah, karena sudah begini, mari kita bereskan satu-satu. Sore ini, pasti suami Cynthia yang tak lain adalah Zarmen Zedd von Derrien akan datang."

Menikmati sore hari yang dingin, Griselda duduk menatap langit mendung yang dihiasi rintikan air hujan yang cukup deras. Angin musim dingin berhembus kencang menerpa wajah dan gaunnya hingga kebasahan.

Sudah ribuan kali dirinya memanipulasi otaknya untuk tetap tenang, tetapi sepertinya akibat jiwa Griselda dan Gracie berada dalam satu tubuh, mau tak mau mereka pun harus berbagi perasaan.

Wajah cantik dan putih bersih itu menoleh begitu terdengar suara pintu yang terbuka dengan keras. "Anda sudah datang, Tuan!" sapanya, sopan.

"Bagaimana kabarmu?" tanya pria berkumis yang berumur sekitar 45 tahunan dengan ekspresi yang sangat kaku.

"Seperti yang anda lihat, saya baik-baik saja!" Griselda berusaha melengkungkan sudut bibirnya ke atas. "Maafkan saya, Tuan!"

"Kau tidak perlu minta maaf, lagipula ... kontrak kita akan berakhir. Jadi, seperti ini lebih baik." Pria itu tersenyum kecut. Pria berambut panjang dengan kumis dan juga brewok panjang itu terlihat merasa lega.

"Syukurlah anda mengatakan hal itu. Saya merasa lega mendengarnya. Lalu, apa tugas terakhir saya, Yang Mulia?" tanya Griselda dengan polosnya. Mata dan wajah itu menatap Zarmen dengan penuh perhatian seperti biasa.

Pria di seberang meja itu terlihat berpikir. Tiba-tiba, bibir penuhnya tersenyum menyeringai. "Aku ... sudah memikirkan ini sejak lama. Apa kau tidak ingin punya anak?"

"Maaf?"

[Griselda POV]

Apa yang dia katakan barusan!?

Dasar pria tua bangka sialan. Berani-beraninya dia mengatakan hal itu di depan wanita yang lebih pantas menjadi anaknya itu.

"Kau pintar dan pekerjaanmu selalu memuaskan. Tapi, kelemahannya hanya satu. Kau~ tidak punya gelar bangsawan dan identitasmu tidak jelas. Bukankah kita bisa saling menguntungkan dengan hubungan suami-istri ini?"

Dia dengan terang-terangan menyatakan ingin memilikiku sepenuhnya? Arrghh~ aku bisa gila lama-lama. Setelah membuatku berada dalam neraka, dia ingin membuatku abadi di sana. Shit, tidak akan kubiarkan. Tapi, tidak ada salahnya kupermainkan sebentar.

"Apa~ apakah anda berniat untuk menganggap saya istri anda?" tanyaku berpura-pura terlihat bahagia.

"Ya~ seperti itu," gumamnya.

Pasti begitu.

Dia ragu pada Cynthia Orfias hanya karena identitasnya yang tidak jelas. Tapi, dia juga butuh Cynthia yang serba guna. Dasar pria bej*t tidak tahu diri.

Yah~ sebenarnya yang bodoh di sini juga Cynthia Orfias. Dengan bodohnya mau menjatuhkan diri ke dalam pelukan pria yang jelas-jelas hanya ingin memanfaatkannya saja. Aku tidak bisa berkomentar banyak.

Dan, yang paling bodoh memang aku. Kan aku penulisnya.

[Author POV]

"Jadi, apa kau setuju denganku?"

Dua tangan yang bertaut mesra dengan si pria yang terus-menerus membisikkan kata-kata romantis penuh cinta membuat si wanita terdiam tak berdaya.

Zarmen. Pria itu tersenyum smirk saat menyadari tangannya ikut bergetar dalam genggaman tangan wanita itu. Hatinya berbisik dengan bangga karena lagi-lagi dia tidak perlu bersusah payah untuk menaklukan hati istri kontraknya.

"Tapi, maaf ... sepertinya saya tidak punya perasaan khusus pada anda!"

Deg.

"Ya?"

Tubuh besar dengan bidang dada yang sangat lebar itu seketika terdiam sesaat. Dilanjutkan dengan tawa lirih yang terdengar aneh, dia pun menghela nafas panjang. "Apa kau bercanda?"

"Tidak, saya jujur!" jawab wanita itu, dengan sangat jelas.

"B-bukankah kau pernah bilang, kalau kau sangat-sangat mencintaiku?" tanya Zarmen terkesan menuntut. "Jangan-jangan, kau juga tidak mengingatku, ya?" Zarmen terlihat panik.

"Kata Flora, anda adalah suami saya." Griselda mengubah ekspresi wajahnya agar terlihat merasa bersalah dengan sangat natural.

"Ka-kata Flora?" Pria itu terbelalak. "Jadi kau, tidak ingat aku dengan sendirinya?"

"Maafkan saya!" tunduk Griselda menghela nafas panjang. "Saya sudah berusaha mengingat anda, tapi ... saya~ ternyata tidak bisa."

"Siapa yang kau ingat?" Tidak sabar, pria itu menerjang meja dan menggapai pundak Griselda.

"Saya hanya ingat ... putri anda, Tarissa Zedd von Derrien!" jawab Griselda mantap.

[| Being The Mom of Antagonist Lady |]

Tidak bisa dibayangkan lagi bagaimana kacaunya Zarmen saat ini. Wajahnya memerah menahan malu yang teramat sangat setelah menyadari bahwa dirinya telah berbuat hal yang memalukan dengan mencoba untuk menggodanya.

Saking frustrasinya, pria itu tidak menyadari seulas senyum yang muncul dari bibir Griselda. Wanita itu terlihat puas melihat kekonyolan yang terjadi sore ini. Hatinya merasa lega setelah berhasil membuat pria tua itu malu sendiri.

"Tapi, untuk hubungan yang anda tawarkan, saya akan mempertimbangkannya!" ujar Griselda setelah mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih tenang seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Sepuluh jari tangan pria itu berusaha menutupi wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus. "Tidak. Akan lebih baik kalau kau memikirkan cara agar ingatanmu kembali. Khususnya ingatan tentangku. Ini tidak akan berguna kalau kau tidak bisa mengingatku!" Dia memutuskan untuk pergi karena tidak tahan lagi dengan suasana yang canggung sekaligus memalukan itu.

Sebelum benar-benar keluar dari kamar Griselda, pria itu berkata, "Aku akan mencari dokter dan tadi kau bilang apa tugasmu, 'kan. Tugasmu di tahun terakhir ini adalah ... jangan pernah temui aku lagi kalau ingatanmu belum pulih!"

"T-tapi ...."

"Soal posisimu sebagai Grand Duchess ... aku tidak bisa memberikannya padamu. Masalah hilangnya ingatanmu sudah menyebar sampai kekaisaran. Mulai sekarang, k.a.u ha.rus te.tap di ke.di.a.man. Kalau kau melanggar. A.ku a.kan me.ngu.rung.mu!"

BRAKK.

Degup jantung Griselda berdetak nyaring di telinganya. Bukan rasa takut atau khawatir yang mengganggu hatinya, tetapi perasaan marah dan benci yang membuatnya membuka paksa mulutnya untuk kembali mengatainya pria ba*ingan.

[Griselda POV]

Mengurungku.

Mengurungku katanya?

Sudahlah, ini memang kenyataan yang tidak akan bisa dihindari. Tapi setidaknya, masalah internal rumah ini akan diberikan pada kepala rumah tangga. Karena itu, masalahku juga jadi berkurang.

Dia bilang ingin mengurungku kalau ketahuan pergi dari rumah, 'kan. Baguslah, aku jadi punya rencana yang seru.

Tiga hari lagi adalah hari dimulainya cerita di dalam novel itu. Tokoh utama pria, tokoh utama wanita, dan tokoh antagonis akan bertemu di satu tempat yang sama di istana kekaisaran pada pesta ulang tahun putra mahkota yang merupakan si tokoh utama pria.

Ini sangat mendebarkan. Aku tidak sabar menunggu apa yang akan terjadi di sana. Tapi, sebelum itu aku harus memaksa Zarmen agar dia mau membawaku ke sana.

Aku harus mengejarnya sekarang.

"Aku tidak mengizinkanmu pergi!"

Sayang sekali, padahal aku ingin ikut. Baiklah, aku pun harus terima karena di dalam novelnya pun Cynthia Orfias tidak memang tidak pernah diberi izin untuk pergi ke pertemuan apapun kecuali pertemuan penting seperti acara-acara yang diselenggarakan istana kekaisaran.

Bahkan, dia tidak bisa menjadi lady sempurna seperti lady lain karena terus sibuk bekerja. Pesta minum teh, pertemuan para wanita, acara rutin bangsawan wanita, dan acara-acara lain yang berhubungan dengan wanita, dia tidak pernah ikut karena urusan pekerjaan.

Lalu.

"Tolong izinkan saya, Yang Mulia!" Aku masih tidak ingin menyerah. Aku harus merengek dan menghalangi jalannya hingga dia kesal.

Dan ...

Akibatnya, para pekerja jadi memperhatikan kami begini. Mereka bahkan tidak merasa malu karna telah berani membicarakanku secara terang-terangan.

Suasana menjadi lebih panas saat para pelayan dan pekerja melihatku yang menangis di depan Zarmen. Ada yang menganggapku kurang kasih sayang. Tapi, ada juga yang menganggap pria di depanku terlalu kejam pada istrinya.

Nah, Zarmen ... apa yang akan kau lakukan sekarang?

Tiba-tiba saja aku hampir terlonjak karena mendengar suara seseorang yang meneriaki para pekerja. Tak kusangka, sosok seperti dia akan terpancing dan datang dengan sendirinya.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN, CEPAT PERGI. BUBAR SEMUA!!!"

Ah~ gadis ini. Sekarang dia berjalan ke sini. Aku harus memasang ekspresi bagaimana, ya?

"Maafkan ketidak-sopanan saya, Ayah. Tapi, saya ingin membawa IBU pergi. Apa boleh?"

Dia melirikku tajam. Sudah pasti dia akan segera menghukumku karna sudah menyebabkan keributan.

Melihat Zarmen yang tidak menjawab, gadis itu menarikku dengan paksa dari ayahnya. "Kamu di versi hilang ingatan pun tetap bodoh, ya!"

"Aahkk!" Aku memekik kecil saat genggaman kuat pada lenganku semakin ditekan hingga rasanya lenganku akan putus. "S-sakit!"

"Dari yang kudengar, sepertinya hanya aku yang kau ingat, ya. Baguslah, mulai sekarang ... biar aku yang mendampingimu."

Deg.

Uwaa~ tak kusangka, akan jadi seperti ini.

"Tarissa ... apa maksudmu?"

"Satu tahun lagi, dia akan diceraikan, bukan. Jadi, mulai sekarang lebih baik dia berada di dekat saya, Ayah."

Aku tidak tahu kenapa gadis ini bersikeras ingin memilikiku untuk dirinya sendiri. Tapi, kalau berdasarkan novelnya~ dia hanya ingin menjadikanku mainannya yang bisa disiksa kapanpun.

Lihat itu~ Zarmen terlihat kebingungan. Apa wajahnya jadi sejelek itu kalau kikuk. "Nona, anda ingin membawa saya ke mana?"

"Ke mana?" Tarissa mengulas senyuman yang tidak bisa kuartikan apa maksudnya. "Tentu saja ke tempatmu berasal."

***

Kami berdua pindah ke kamar Tarissa untuk melanjutkan pembicaraan yang terputus tadi. Dia membawaku ke ruang rias dan memaksaku untuk mengganti pakaian.

"Ibu ... apa Ibu suka gaun ini?"

"Ah~ apa kau yakin memakaikanku gaun ini?" tanyaku sambil mengangkat gaun yang lebih terlihat seperti pakaian lusuh.

Namun, yang kulihat saat ini malah tatapan aneh dari Tarissa yang seperti sedang menilaiku. "Aku sangat yakin kalau kau tidak seperti ini, dulu."

"Ya~ memangnya aku kenapa dulu?" tanyaku lagi semakin tidak mengerti.

"Ibu dulu selalu menerima pemberian apapun bentuknya entah itu jelek ataupun bagus sampai aku merasa malu punya Ibu sepertimu. Tapi, sekarang kau berubah!"

Dasar~ anak ini blak-blakan sekali, sih.

Aku harus memasang raut wajah tidak percaya untuk mendramatisir aktingku. "Anu~ Anakku, sebenarnya apa saja yang sudah kulakukan sebelum aku kehilangan ingatan?"

"A-APA, ANAKKU!" Dia tersentak, tentu saja. mana pernah Cynthia Orfias menganggap Tarissa sebagai anaknya.

Karekter mereka yang berbeda bagai langit dan bumi itu semakin membuat di antara mereka terdapat tembok benteng yang tinggi. Padahal, kalau aku jadi Cynthia Orfias, aku akan membuat hubunganku dengan anak-anak Zarmen lebih hangat dan tidak dingin seperti musim saat ini.

Karena babak penentuan apakah Tarissa akan menjadi antagonis sejati adalah di saat-saat ini. Yakni di mana dirinya belum bertemu dengan tokoh utama pria dan wanitanya.

Ya, lagi-lagi aku tidak bisa menyalahkan Cynthia Orfias sepenuhnya. Aku penulisnya, jadi aku yang pantas disalahkan, kan?

To be continued ...

UPDATE TERBARU ADA DI FIZZO OFFICIAL

CHAPTER 1 (Terlahir kembali)

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SINOPSIS

BEING THE MOM OF ANTAGONIST LADY